Just another WordPress.com site

KESEHATAN

Fantasi Seks, 30 Tahun Kumpulkan 11.000 Pakaian Dalam Wanita

 

img

Bangkok, Pria Thailand ini sudah 30 tahun menderita fantasi seks dengan cara mengumpulkan pakaian dalam wanita. Pakaian dalam itu diciuminya sepanjang waktu saat ada kesempatan termasuk saat sedang menyetir. Tapi si pria akhirnya harus berurusan dengan hukum karena ia mengumpulkan pakaian dalam itu dengan mencuri.

Memiliki fantasi seks memang terjadi pada hampir setiap orang, terutama kaum pria. Tapi orang yang mengalami fetisisme akan memuja suatu benda secara berlebihan untuk kepuasan seks. Seorang pria bahwa mengumpulkan 10.000 pasang lebih pakaian dalam wanita.

Pria Thailand yang tidak disebutkan namanya itu kini berusia 48 tahun dan didiagnosis menderita fetisisme seksual. Bagaimana tidak, pria tersebut mencuri dan menyimpan lebih dari 10.000 pasang pakaian dalam wanita di mobil dan rumahnya.

Polisi setempat menemukan tumpukan mengejutkan yang ternyata merupakan 1.000 pasang pakaian dalam di mobil pria tersebut. Dan yang paling mengejutkan ada lebih dari 10.000 pasang lainnya di dalam rumahnya.

Pria tersebut ditangkap setelah masuk ke sebuah bangunan yang terletak di Chinatown Bangkok. Ia mengaku telah mencuri dan mengumpulkan celana dalam sejak berusia 18 tahun.

“Dia menciumi pakaian dalam wanita sepanjang waktu, bahkan saat mengemudi,” kata polisi Mayor Jenderal Saroj Promcharoen, seperti dilansir weirdasianews, Kamis (16/2/2012).

Fetisisme merupakan kelainan yang menggunakan benda non-seksual, benda mati atau bagian dari tubuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seks. Dan menurut American Psychiatric Association (APA), fetisisme merupakan bentuk gangguan jiwa.

Pengobatan untuk orang dengan fetisisme tidaklah mudah dan sering tidak dapat dicari. Banyak orang yang pasrah menerima dan membiarkan kondisi fetisisme tersebut, serta berusaha untuk mengelolanya untuk mencapai kepuasaan seksual.

Tapi ada beberapa pilihan cara yang dapat digunakan untuk terapi fetisisme, yaitu:

  1. Psikoanalisis dan psikoterapi
  2. Hipnosis
  3. Terapi perilaku
  4. Terapi kognitif
  5. Terapi obat

Benarkah Ukuran Mr P Susut Seiring Pertambahan Usia?

 

img

Jakarta, Banyak pria bertanya-tanya apakah ukuran penis akan menyusut seiring dengan bertambahnya usia. Pada kenyataannya, kadar hormon seks pria yang berperan penting dalam meningkatkan gairah seks memang menurun ketika bertambah tua. Namun apakah penurunan itu juga mempengaruhi organ seksual?

Seiring pertambahan usia, kadar hormon seks atau testosteron berkurang. Perubahan testoteron ini mempengaruhi performa seksual pria. Pada banyak kasus, rendahnya kadar testoteron ini berakibat pada ejakulasi yang tertunda, yaitu kesulitan untuk berejakulasi pada pria yang lebih tua.

Sebuah peneltian di Italia terhadap 2.437 orang pria yang diterbitkan pada tahun 2008 dalam Journal of Sexual Medicine menemukan bahwa rendahnya testosteron berkaitan dengan ejakulasi tertunda. Namun mengenai panjang penis, penelitian menemukan bahwa panjang penis sebenarnya tetap. Namun, elastisitas otot penis lah yang berkurang.

Kesimpulan ini diperoleh dari temuan para peneliti di Jerman terhadap 111 orang pria yang dibagi menjadi dua kelompok, kelompok pertama terdiri dari pria berusia 18 sampai 19 tahun, dan kelompok kedua terdiri dari pria berusia 40 sampai 68 tahun.

Peneliti menemukan bahwa pria tua rata-rata memiliki penis yang lebih panjang dalam keadaan tidak ereksi. Namun, penis pemuda lebih panjang ketika ereksi.

“Saya percaya bahwa elastisitas tunica albuginea atau lapisan jaringan ikat yang mengelilingi penis menurun dengan usia, sehingga mempengaruhi ukuran penis,” kata Dr Irwin Goldstein, seorang urolog dan editor Journal of Sexual Medicine seperti dilansir MSNBC.com, Kamis (16/2/2012).

Tunika ini merupakan serat elastis yang penting dalam ereksi penis. Penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa konsentrasi serat elastis ini menurun sesuai dengan usia. Hal ini menyebabkan penis lansia ketika ereksi tidak sepanjang penis remaja atau pria paruh baya. Namun dalam keadaan tidak ereksi, justru penis lansia yang terlihat lebih panjang.


Benarkah Sering Bercinta Membuat Wanita Cepat Gemuk?

 

img

Jakarta, Kebanyakan orang mempercayai bahwa wanita akan mengalami kenaikan berat badan karena rajin bercinta. Kebanyakan penumpukan lemak akan tertimbun pada payudara dan pinggul. Munculnya anggapan ini disebabkan karena kebanyakan wanita mengalami pertambahan berat badan setelah menikah.

“Ini adalah mitos. Tidak ada alasan mengapa payudara atau pinggul harus membesar atau rusak setelah wanita mulai melakukan hubungan seks. Ejakulasi air mani tidak bisa dicerna dan tidak tercampur dalam aliran darah. Lagipula, 2-3 ml air mani pada rata-rata ejakulasi hanya mengandung sekitar 15 kalori,” kata Dr Asha Jain, dokter kandungan di Raipur, India.

Beberapa penelitian memang menunjukkan bahwa kebanyakan orang mengalami pertambahan berat badan setelah menikah. Tetapi penelitian yang belum dikonfirmasi ini menjelaskan bahwa kecenderungan tersebut terjadi baik pada wanita maupun pria. Dan kenaikan berat badan tidak ada hubungannya dengan berhubungan seks pada kedeua jenis kelamin.

“Seringkali, kenyamanan dalam suatu hubungan dan rasa aman lah yang membuat orang bertambah berat badannya. Penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang sedang berkomitmen dalam suatu hubungan cenderung makan lebih banyak daripada orang lajang,” imbuh Dr Asha Jain seperti dilansir Times of India, Jumat (17/2/2012).

Sebuah penelitian tahun 2011 yang dilakukan ilmuwan dari Ohio State University memang pernah menemukan bahwa wanita cenderung bertambah gemuk setelah menikah. Alasannya adalah karena wanita yang sudah menikah disibukkan dengan aktifitas rumah tangga sehingga tak punya cukup waktu untuk berolahraga dan menjaga kebugaran kebugaran dibanding wanita yang belum menikah.

Faktor lain yang turut mempengaruhi berat badan pada wanita adalah kehamilan, kemiskinan, kondisi sosial ekonomi serta pendidikannya, namun tidak ada kaitannya dengan hubungan seksual. Jika ingin menghindari kenaikan berat badan setelah menikah, berolahragalah secara teratur dan menjaga pola makan tetap sehat.


Agar Terhindar dari Kejadian Buang Gas Saat Bercinta

 

img

Jakarta, Kentut atau buang gas adalah kondisi alami yang bisa terjadi kapan saja, tapi jika kentut muncul saat berhubungan seks maka bisa memalukan. Bagaimana mencegah agar tidak kentut saat bercinta?

Kentut yang terjadi selama berhubungan seks ini biasanya muncul ketika seseorang mencapai orgasme dan termasuk salah satu respons tubuh. Terkadang kondisi ini disebut dengan kentut vagina, yang terjadi ketika udara di lepaskan dari vagina saat berhubungan seks.

Ketika hal itu terjadi akan terdengar seperti kentut yang berasal dari perut yang kembung dan dikeluarkan melalui anus, namun nyatanya tidak semua begitu karena bisa saja kentut yang muncul berasal dari anus.

Sementara itu, Talli Rosenbaum, PT, MSc seorang fisioterapis dalam rehabilitasi panggul dan juga anggota American Association of Sexuality Educators mengungkapkan bahwa hal ini bisa juga terjadi jika seseorang mengalami disfungsi dasar panggul.

Talli menunjukkan ketika seseorang orgasme maka organ tubuhnya akan turun yang bisa meningkatkan tekanan intra abdomen. Respons ini disebut manuver Valsalva. Ketika tekanan perut terdorong oleh rektum, maka ia tidak bisa mempertahankan tekanan sphincter yang memicu terjadinya kentut saat berhubungan seks.

Perempuan kadang takut pasangannya akan menjadi hilang gairah dan malas bercinta jika ia kentut. Tapi jangan biarkan hal ini merusak kehidupan seks. Perempuan harus tetap percaya diri dan buat saja sebagai bahan lelucon, karena saat seks lelucon pun dibutuhkan.

Untuk menghindari hal tersebut, perubahan pertama yang bisa dilakukan adalah mengubah pola maka atau diet. Makanan yang mengandung gas diketahui bisa meningkatkan risiko kentut, karena itu hindari makanan ini.

Selain itu Talli mengungkapkan cara untuk mencegah hal ini bisa juga dengan melakukan latihan dasar panggul untuk memperkuat otot sfingter eksternal dan belajar untuk mengkontraksinya terutama ketika orgasme.

“Tapi memikirkan kontraksi otot ini ketika orgasme bisa menghambat seseorang mencapai klimaks. Karena itu cobalah untuk tidak khawatir mengenai hal itu, hal terpenting adalah membicarakan dengan pasangan,” ujar Talli, seperti dikutip dari Sexuallity.About.com, Sabtu (18/2/2012).

Namun jika cara ini tidak juga membuahkan hasil dan bisa mengganggu kehidupan seksual dengan pasangan, maka cobalah mempertimbangkan untuk berbicara dengan ahlinya seperti fisioterapis untuk dasar panggul.


Khawatir Berlebihan Itu Gangguan Jiwa

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Sering kita menjumpai orang yang selalu merasa khawatir dengan segala macam hal bahkan untuk hal-hal yang belum terjadi? Mungkin yang kita jumpai itu adalah orang yang mengalami Gangguan Kecemasan Menyeluruh atau dalam bahasa inggrisnya disebut Generalized Anxiety Disorder (GAD).

Dalam praktik sehari-hari saya lebih banyak menjumpai pasien dengan jenis kelamin perempuan yang mengalami hal ini dibandingkan laki-laki. Pasien pun kadang tidak berobat atau menunda pengobatan sebelum akhirnya merasa tidak nyaman sekali atau ketika keluhan-keluhan fisik (psikosomatik) sudah mulai muncul.

Tidak heran biasanya kondisi ini menahun dan tidak mendapatkan pengobatan di saat-saat awal orang tersebut mengalami kecemasan ini.

Gejala dan Tanda

Sebagai salah satu tipe dari gangguan kecemasan, kadang gejala kecemasan pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh mirip dengan pasien dengan gangguan panik.

Tapi ada beberapa hal yang khas untuk gejala pasien dengan gangguan cemas panik seperti:
a. Perasaan khawatir berlebihan terhadap hampir semua aspek kehidupan
b. Perasaan lelah berlebihan yang tidak disebabkan karena faktor kelelahan fisik
c. Iritable atau mudah tersinggung
d. Sulit konsentrasi
e. Gejala fisik seperti kaku otot (pegal2), gangguan tidur atau sulit relaks

Biasanya 3 dari gejala ini dialami pasien untuk menentukan diagnosis suatu Gangguan Kecemasan Menyeluruh.

Penyebab

Secara pasti penyebab dari gangguan ini tidak diketahui tetapi beberapa teori terutama biologis dan psikologis telah dikemukakan. Kondisi gangguan ini terkait sistem di otak adalah adanya ketidakseimbangan di sistem monoamine terutama adalah sistem serotonin.

Inilah yang membuat pasien dengan gangguan ini menjadi lebih baik jika diberikan obat antidepresan golongan SSRI seperti Sertraline dan golongan SNRI seperti Venlafaxine.

Secara psikologis ada dua teori yang dikemukakan berhubungan dengan gangguan kecemasan menyeluruh. Teori Psikoanalisis yang dikemukakan oleh Sigmund Freud mengatakan kondisi ini terkait dengan konflik internal bawah sadar yang tidak terselesaikan dan akhirnya timbul dalam kekhawatiran yang terus menerus sepanjang hidup.

Teori kognitif berkaitan dengan hal ini berhubungan dengan cara individu untuk melihat sisi negatif dari kondisi lingkungannya sehari-hari. Individu lebih cenderung memilih sisi negatif dari kondisi kesehariannya atau ‘memilih’ untuk tetap selalu berpikir negatif berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesehariannya.

Pengobatan

Pengobatan pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh meliputi sisi biologis (psikofarmaka), sisi psikologis (psikoterapi) termasuk di dalamnya dukungan suportif dari lingkungannya. Pengobatan dengan obat psikofarmaka telah terbukti secara ilmiah mampu memberikan perbaikan pada pasien.

Obat golongan SSRI seperti Sertraline dan obat golongan SNRI seperti Venlafaxine dinyatakan telah banyak membantu perbaikan pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh.

Buspirone juga merupakan obat antidepresan pilihan untuk terapi ini walaupun belakangan sudah lebih ditinggalkan pemakaiannya dalam praktek sehari-hari karena Buspirone bekerja lebih lama dan sangat spesifik untuk gangguan cemas menyeluruh saja.

Sedangkan kondisi gangguan kecemasan menyeluruh sering berbarengan dengan gejala-gejala panik bahkan depresi pada kondisi yang sudah menahun.
Psikoterapi dengan pendekatan terapi kognitif dilakukan untuk mengurangi pikiran-pikiran negatif pasien atau mengalihkannya ke hal yang lebih positif.

Mengalihkan dan mengurangi pikiran-pikiran negatif ini pada prakteknya butuh waktu yang panjang sehingga terkadang pasien harus mengikuti pengobatan sampai beberapa bulan bahkan tahun. Salam Sehat Jiwa.

Penulis
Dr. Andri, SpKJ
Psikiater Bidang Psikosomatik Medis
Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera


Mengapa Seorang Anak Bisa Menderita Hidrosefalus?

Jakarta, Dulu, sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sering menjumpai teman-teman saya yang pandai umumnya memiliki kepala lebih besar jika dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya. Demikian pula dalam film tentang manusia-manusia pada masa yang akan datang, mereka selalu digambarkan dengan kepala besar sebagai simbol orang pandai.

Tetapi, setelah berkecimpung dalam bidang bedah saraf, ternyata saya menjumpai keadaan yang sebaliknya. Pasien-pasien bayi dan anak kecil yang datang dengan kepala membesar biasanya justru kurang pandai

Pada keadaan normal, dalam ruangan otak terdapat cairan otak yang jumlahnya lebih-kurang 150 ml. Cairan ini di produksi oleh suatu bagian otak, yang keseimbangannya diatur melalui sistem sirkulasi tersendiri dan diserap oleh bagian lain di otak.

Karena suatu sebab, cairan otak tersebut dapat menumpuk dalam ruangan atau rongga cairan otak (dalam bahasa kedokteran di sebut ventrikel otak), sehingga mengakibatkan otak yang terdesak menjadi tipis dan tengkorak membesar.

Penyakit seperti ini dinamakan hidrosefalus (hydrocephalus), berasal dari kata hydro yang berarti air dan cephalus yang berarti kepala. Penyakit ini merupakan salah satu jenis penyakit bawaan yang cukup sering terjadi pada bayi baru lahir dan balita.

Namun, penyakit ini dapat juga terjadi pada anak yang lebih besar dan pada orang dewasa, yang tentunya tidak lagi memperlihatkan bentuk kepala yang membesar, karena tulang tengkorak sudah keras dan persambungan antara bagian-bagian tulang tengkorak telah menutup.

Penyakit hidrosefalus pada bayi dan anak.

Dalam dunia kedokteran yang telah maju dengan pembagian dalam macam-macam bidang spesialisasi seperti sekarang ini, ada dokter yang khusus menghadapi pasien-pasien bayi dan anak, dan ada yang hanya menangani pasien dewasa.

Tetapi dalam bidang bedah saraf, kami menangani pasien-pasien yang tidak terbatas, mulai dari bayi sampai orang tua. Sebenarnya saya pribadi kurang menyukai berhadapan dengan pasien-pasien bayi atau anak, karena sejak kecil saya memang kurang senang mendengar tangis anak kecil yang selalu membuat hati trenyuh (tersentuh).

Pelbagai kesulitan sering dijumpai dalam menghadapi penderita bayi atau anak kecil. Biasanya orangtua yang mendampingi juga jatuh dalam keadaan mental yang sakit sehingga saya seakan-akan menghadapi tiga pasien sekaligus, yaitu si anak itu sendiri, ditambah lagi dengan kedua orangtuanya, dan tidak jarang neneknya.

Karena si penderita yang masih kecil itu tidak dapat mengutarakan keluhannya dan juga tidak dapat memberikan jawaban, ditambah lagi dengan perasaan khawatir yang berlebihan dari orangtuanya, pemeriksaan pasien membutuhkan kecermatan, kesabaran dan waktu yang lama.

Banyak jenis hidrosefalus dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya disertai oleh kelainan bawaan lainnya. Insidensi hidrosefalus kongenital sebesar 1 kasus per 1.000 kelahiran hidup. Di Amerika Serikat, kejadian hidrosefalus keseluruhan pada kelahiran sebesar 0.5-4 per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan, jumlah kasus hidrosefalus pada tiga bulan kehidupan setelah kelahiran sebanyak 0,1-0,4%. Jumlah kasus hidrosefalus di dunia cukup tinggi. Di Belanda dilaporkan telah terjadi kasus sekitar 0,65 per mil per tahun, dan di Amerika sekitar 2 per mil per tahun. Sedangkan di Indonesia mencapai 10 mil per tahun.

Penyebab pasti terjadinya kelainan bawaan sampai sekarang masih belum jelas. Biasanya terjadi pada kehamilan yang si ibu masih muda usianya, dan disebabkan oleh:
1. Kekurangan oksigen (hipoksia)
2. adiasi
3. Kekurangan nutrisi
4. Radang atau infeksi
5. Cedera atau trauma
6. Obat-obatan
7. Hormonal

Pada hidrosefalus, pengumpulan cairan otak yang berlebihan dalam ruangan otak dapat terjadi karena:
1. Produksi cairan otak yang berlebihan,
2. Gangguan aliran cairan otak,
3. Gangguan proses penyerapan (absorbsi) cairan otak.

Keadaan-keadaan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal yang bisa dikelompokkan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
1. Kelainan bawaan (kongenital)
2. Kadang dan pendarahan otak
3. Tumor otak

Gejala klinis hidrosefalus yang tampak adalah membesarnya lingkaran kepala bayi atau anak yang melebihi ukuran normal, atau ubun-ubun besar yang tetap terbuka di saat seharusnya menutup. Sering juga terlihat pembuluh darah disekitar kepala yang melebar, dan matanya berbentuk seperti matahari terbit.

Bila kepalanya diketuk-ketuk, akan terdengar seperti kalau kita mengetuk kendi rengat (retak). Untuk mengetahui keadaan secara cermat, pemeriksaan dengan CT Scan Bahkan MRI adalah yang paling tepat.

Untuk mengobati penyakit hidrosefalus, satu-satunya cara terbaik adalah operasi kepala. Tindakan operasi pembuatan bypass bertujuan untuk mengurangi pengumpulan cairan otak yag berlebihan di dalam tengkorak.

Biasanya, operasi semacam itu dilakukan dengan memasang pompa dan selang khusus untuk mengalirkan cairan tersebut dari bagian kepala ke dlam rongga perut. Meskipun operasi semacam ini untuk bayi atau anak-anak termasuk operasi yang cukup besar, bila tidak dikomplikasikan, penderita sudah diperbolehkan pulang 3 atau 4 hari sesudah operasi.

Untuk kasus hidrosefalus yang disebabkan oleh desakan tumor otak, selain operasi pembuatan bypass, juga perlu tindakan lain untuk menghilangkan penyebab itu.

Dalam profesi kedokteran, kesadaran akan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat penting dalam upaya meyelamatkan kehidupan. Dalam bidang bedah saraf, teknik neuroendoskopi yang dikenal sejak tahun 2003 telah memperbarui standar pengobatan hidrosefalus. Tidak diperlukan lagi pemasangan selang dari ruangan cairan otak ke perut atau jantung pada kasus hidrosefalus yang diakibatkan oleh hambatan aliran cairan otak, karena teknik ini mampu menjangkau daerah yang sulit untuk membuka sumbatan, sehingga cairan otak dapat mengalir kembali.

Setiap kali menghadapi pasien dengan kelainan bawaan seperti hidrosefalus, kadang-kadang kami para dokter memerlukan pandangan dan sikap yang khusus. Karena bila keadan penyakit sudah terlambat atau jaringan otak yang tertinggal tidak banyak lagi, pada umumnya penderita tidak akan bisa tumbuh berkembang sepandai anak-anak lain. Anak tersebut tidak akan memiliki IQ (tingkat kecerdasan) yang cukup, sehingga tidak mampu hidup mandiri ataupun hidup produktif dalam masyarakat.

Kadang-kadang dalam menghadapi kenyataan seperti ini, timbul pertanyaan dalam diri saya sendiri,”Apakah bayi atau anak seperti mereka ini perlu ditolong?”. Bahkan dalam pelbagai kongres internasional sudah beberapa kali dibahas mengenai persoalan tersebut. Tetapi akhirnya, semua itu bergantung pada keinginan orangtua si penderita itu sendiri, dan pandangan serta sikap dokter yang menanganinya.

Biasanya dalam menghadapi penderita hidrosefalus, kami mengalami masalah pelik, berhubungan dengan keadaan dan usia penderita yang masih muda, sehingga sulit membedakan apakah kemampuan anak itu terbatas atau tidak untuk dilakukan operasi.

Orangtua si penderita sering beranggapan bahwa kelainan si anak hanya pada bentuk kepalanya saja yang besar, sedangkan fungsi otak atau kepandaian anak tersebut tidak terganggu. Apalagi sejak dulu, sejarah membenarkan gambaran kepada kita, bahwa orang yang berkepala besar secara fisik itu lebih pandai.

Hal tersebut merupakan salah satu penyakit yang kadang-kadang menimbulkan kesulitan bagi kami dalam memberikan penjelasan, bahwa tujuan operasi yang dilakukan hanya untuk mencegah agar kepala tidak semakin membesar lagi dengan harapan sisa jaringan otak yang masih ada dapat berkembang kembali.

Kini diketahui berdasarkan teori bahwa pertumbuhan dan perkembangan otak masih berlangsung sampai anak berusia 3 tahun. Sebenarnya dalam keadaan biasa (normal), jaringan otak manusia bertumbuh penuh sampai pada usia 20 tahun.

Namun pada kasuk-kasus hidrosefalus yang berat dan datang terlambat, umumnya jaringan otak yang masih ada hanya tinggal 20-30 %, sehingga dengan pengobatan, bagaimanapun hebatnya, sulit untuk memulihkan kembali guna mencapai jumlah dan besar otak seperti sediakala (normal).

Sesuai dengan yang telah disebutkan di atas, tujuan tindakan operasi pada penyakit hidrosefalus adalah mencegah agar tidak terjadi pengumpulan cairan otak secara berlebihan, karena akan mengakibatkan penekanan yang lambat laun akan merusak jaringan otak. Dan kemudian, diharapkan adanya regenerasi jaringan otak yang ada supaya dapat berkembang semaksimal mungkin.

Pada umunya,bila sudah terjadi kerusakan otak yang cukup berat, anak itu nantinya akan sulit menyesuaikan diri dalam mengikuti kehidupan di masyarakat biasa. Bahkan, hampir tidak mungkin mengharapkan mereka menjadi manusia yang berguna dan produktif bagi masyarakat.

Di samping itu dalam dunia kedokteran moderen pun, masih belum ditemukan obat-obatan yang dapat memulihkan otak yang telah mengalami kerusakan untuk bergenerasi dengan sempurna, ataupun cara pengobatan lain (seandainya saja kelak dapat dilakukan pencangkokan otak dari orang yang satu kepada yang lain).

Apabila melihat kesulitan yang akan dihadapi oleh bayi atau anak yang menderita penyakit hidrosefalus dengan otak yang amat kurang, kadang-kadang saya kurang bersemangat mengambil tindakan operasi. Dan seandainya operasi berhasil dilakukan, timbul pertanyaan “Apakah bukan sebaliknya, yaitu malahan menimbulkan masalah yang akan membebani orangtua si penderita, orang yang akan mendidik, orang yang akan membiayai hidupnya, serta masyarakat umumnya?”

Masih ada satu hal yang agak menguntungkan, bahwa anak tersebut biasanya tidak mempunyai sifat dan sikap yang ganas, sehingga mereka tidak membahayakan sekitarnya. Dan karena kemampuan mereka yang sangat terbatas, kadang-kadang hanya bisa diperlakukan sebagai ‘barang tontonan’ saja. Memang pada kasus-kasus hidrosefalus yang lebih ringan, si penderita masih bisa dilatih untuk dapat melakukan pekerjaan sederhana,misalnya membuat sesuatu hasil produksi,namun tentu hasilnya juga hanya akan sederhana dan terbatas.

Bagaimanapun keadaannya, tugas kami para dokter hanyalah berusaha memberi kesempatan bagi para pasien, supaya berumur panjang, serta bisa memperoleh kesehatan jasmani dan rohani semaksimal mungkin. Nasib selanjutnya kami serahkan ke dalam tangan Tuhan Yang Mahakuasa.

Dan, saya yakin bahwa kebahagiaan hidup mereka bukan ditentukan oleh orang lain. Hak dan hidup sama rata bagi seluruh umat manusia. Walaupun ditinjau dari segi realitas duniawi, tidak boleh menghalang-halangi hak mereka untuk hidup yang merupakan pemberian Tuhan.

Sebenarnya, apabila kedatangan si penderita tidak terlambat, banyak kasus hidrosefalus dapat tertolong dengan baik. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa diagnosis dini sungguh sangat penting untuk menentukan masa depan kesehatan (prognosis) dan nasib penderita. Maka, para orangtua yang mempunyai anak seyogyanya memberikan perhatian yang sepenuhnya kepada anaknya sendiri.

Penulis
Prof. DR. Dr. Satyanegara, Sp.BS
Dokter Ahli Bedah Saraf Senior di Indonesia
Lahir di Kudus 1 Desember 1938
(Dikutip dari buku ‘Cerita Lucu dari Profesor Bedah saraf’, terbitan Gramedia)
(ir/ir)


Kondom dan Pembalut Bisa Bikin Infeksi Kelamin Wanita?

Jakarta, Kelamin wanita merupakan organ yang sangat sensitif dan mudah terserang infeksi, seperti jamur dan bakteri. Tapi benarkah penggunaan kondom, pembalut dan sex toy juga bisa menyebabkan infeksi vagina?

Infeksi pada kelamin wanita bisa disebabkan oleh jamur dan bakteri, namun yang paling umum biasanya disebabkan oleh jamur. Gatal, nyeri, mengeluarkan cairan selain menstruasi, keputihan dan bau amis adalah gejala-gejala umum infeksi vagina.

“Karena kondom teruji kualitasnya, disterilkan dan disegel, maka seharusnya tidak menyebabkan infeksi pada vagina,” jelas Dr Asha Jain, gynaecologist, seperti dilansir timesofindia, Senin (13/2/2012).

Sedangkan pembalut, Dr Asha menyarankan wanita untuk memeriksa merek dan bungkus terlebih dahulu, serta harus berhati-hati saat membuka segel pembalut sehingga tidak terkena bakteri.

Sebaiknya ganti pembalut paling tidak 4 jam sekali. Meski darah yang keluar hanya sedikit, tapi keringat yang keluar juga bisa memicu perkembangan bakteri.

“Dan karena sex toy adalah benda asing yang dimasukkan ke dalam vagina, maka alat bantu seks ini bisa menyebabkan infeksi,” tegas Dr Asha.

Selalu bersihkan dan sterilkan sebelum menggunakan sex toy. Bahan dari sex toy juga penting untuk diperhatikan, yaitu tidak boleh terbuat dari bahan yang keras atau beracun.